Selasa, 23 Juli 2013

ZAKAT FITRAH



Sepakat semua Muslim bahwa zakat adalah wajib. Termasuk faidah zakat bagi pelakunya adalah menunda kematian pada tahun itu, di samping diterima ibadah puasanya. Berkata Imam Ja’far Shadiq as kepada wakilnya: “Berikan zakat fitrah ini dari keluarga kami, dan jangan engkau abaikan seorang pun dari mereka, karena jika engkau tinggalkan seorang pun dari mereka, aku khawatir akan datang


       Berkata Imam Shâdiq as: “Termasuk kesempurnaan shalat adalah membayarkan zakat.” Sebagaimana shalawat kepada Nabi saw termasuk kesempurnaan shalat. Karena barang siapa berpuasa tidak membayarkan zakat, maka sama saja ia tidak berpuasa, jika hal itu dilakukan secara sengaja. Dan tidaklah seorang itu melaksanakan shalat, jika meninggalkan shalawat kepada nabi saw. Sesungguhnya Allâh Ta’âla memulai shalat sebelum shalawat. Di dalam ayat yang berbunyi: qad aflaha man tazakkâ wa dzakaras ma rabbihi fa shallâ, yang dimaksud dengan tazakkâ (zakat) adalah zakat fitrah. Sebagaimana yang dapat dipahami dari sebagian penafsiran ayat tersebut.
       Al-Fithrah dapat berarti al-khilqah (naluri). Maka zakat fitrah maknanya zakat badan, karena hal itu menunda dari kematian; Atau membersihkannya dari kotoran (harta). Juga berarti ad-dîn (zakat Islam dan agama); Adapun makna lain adalah al-ifthâr, karena diwajibkannya pada hari fitri.
       Mari kita perhatikan beberapa ayat dan hadis yang mensejajarkan zakat dengan shalat. Allah Swt berfirman:

الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ، وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ، وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُوْنَ.

(Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. [QS Al-Mukminun (23):2-4]

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَأَقَامَ الصَلاَةَ وَإِيْتَاءَ الزَّكَاةِ.

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. [QS Al-Anbiyâ`(21):73]

رِجَالٌ لاَ تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ.

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. [QS An-Nûr (24):37]

وَجَـعَلَنِيْ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتُ وَأَوْصَانِيْ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. [QS Maryam (19):31]

وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا.

Dan ia menyuruh ahlinya (umatnya) untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. [QS Maryam (19):55]

عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ: إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَنَ الزَّكَاةَ بِالصَّلاَةِ، فَقَالَ: أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَآتُوْا الزَّكَاةَ، فَمَنْ أَقَامَ الصَّلاَةَ وَلَمْ يُؤْتِ الزَّكَاةَ فَكَأَنَّهُ لَمْ يَقُمِ الصَّلاَةَ.

Abu Ja’far as bersabda: “Sesungguhnya Allâh Tabâraka wa Ta’âla mensejajarkan zakat dengan shalat. Dia berfirman: ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Barang siapa mendirikan shalat dan tidak menunaikan zakat, maka seakan-akan ia tidak mendirikan shalat.’”

فَعَنِ اْلبَاقِرِ وَالصَّادِقِ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ قَالاَ: فَرَضَ اللهُ الزَّكَاةَ مَعَ الصَّلاَةِ.

Imam Al-Bâqir dan Ash-Shâdiq as bersabda: “Allâh mefardhukan zakat berbarengan dengan shalat.”

Kewajiban Zakat Fitrah

       Zakat fitrah diwajibkan bagi yang telah memenuhi syarat berikut ini:
1.      Baligh (usia dewasa)
2.      Berakal nalar (sehat)
3.      Merdeka (bukan budak)
4.      Berkecukupan (bukan fakir)
       Zakat fitrah tidak diwajibkan bagi yang tidak memenuhi syarat di bawah ini:
1.      Anak kecil (belum baligh)
2.      Orang gila (sakit ingatan)
3.      Hamba sahaya
4.      Fakir (tidak berkecukupan)
       Syarat-syarat tersebut dapat diwujudkan ketika memasuki malam Idul Fitri, atau sebelumnya walaupun sebentar. Artinya, jika seseorang pada saat sebelum matahari terbenam (azan maghrib syar’i) telah mencapai usia baligh, berakal nalar, merdeka dan berkecukupan, maka wajib mengeluarkan zakat fitrah. Dan jika perubahan tersebut terjadi setelah azan maghrib syar’i (terbenam matahari), maka tidak wajib menunaikan zakat fitrah. Memang, dimustahabkan (disunahkan) mengeluarkan zakat fitrah apabila perubahan tersebut terjadi sebelum zawal (azan zuhur) di hari Idul Fitri.
       Wajib bagi seseorang yang telah terpenuhi syarat-syarat ter-sebut di atas mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya dan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya, baik ia seorang Muslim, kafir, anak kecil dan dewasa. Bahkan anak yang baru dilahirkan pada saat sebelum matahari terbenam (azan maghrib secara syar’i) di akhir bulan Ramadhân atau menjelang masuk satu Syawal. Meskipun tamu yang datang sebelum menjelang azan maghrib syar’i pada malam Idul Fitri hingga azan maghrib syar’i, wajib bagi tuan rumah mengeluarkan (tambahan) zakat fitrah.

Jenis Zakat Fitrah

       Jenis ukuran zakat fitrah adalah setiap makanan pokok yang makruf dan umum bagi suatu masyarakat daerahnya, seperti beras untuk masyarakat Indonesia; gandum dan beras untuk masya-rakat Iran dan Irak, misalnya. Meskipun menurut fatwa yang lebih kuat dibolehkan mengeluarkan zakat fitrah berupa salah satu jenis yang empat: gandum, terigu, kurma atau kismis.
       Sedangkan kadar mengeluarkan zakat fitrah untuk setiap jiwa adalah sekitar 3 (tiga) kilogram.

Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah

       Mengeluarkan zakat fitrah dilakukan mulai saat masuk azan maghrib syar’i malam Idul Fitri hingga menjelang azan zuhur pada satu Syawal. Afdhalnya mengakhirkan hingga esok siangnya. Jika hendak melaksanakan shalat id, hendaknya membayarkannya sebelum melaksanakan shalat id.
       Apabila waktu membayarkan zakat telah berlalu, sementara ia menyia-nyiakan membayarkannya kepada yang berhak, dan meskipun tidak menyia-nyiakannya, maka ahwath (wajib) hukum membayarkannya tidak gugur. Tetapi, ketika membayarkannya tidak diniatkan menunaikan dalam waktunya (adâ`an) atau meng-qadha`nya, melainkan diniatkan mendekatkan diri kepada Allâh Ta’âla.
       Tidak boleh mendahulukan membayarkan zakat fitrah sebe-lum masuk waktunya. Tidak mengapa, seseorang yang memberikan sesuatu (yang telah memenuhi syarat) kepada si fakir seba-gai pinjaman (hutang), kemudian menghitungnya sebagai mem-bayar zakat fitrah untuk si fakir ketika datang waktu kewajibannya.
       Ahwath (wajib) tidak boleh memindahkan zakat fitrah ke wilayah lain selagi di wilayahnya sendiri masih ada yang berhak menerimanya.

Orang yang berhak menerima zakat fitrah

       Zakat fitrah diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur`ân Al-Karîm:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَآءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ، وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ.

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, orang muallaf yang dijinakkan hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (bepergian), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [QS At-Taubah (9):60]

0 komentar:

Posting Komentar