ZAKAT FITRAH
Sepakat semua Muslim bahwa zakat adalah wajib. Termasuk faidah zakat bagi pelakunya adalah menunda kematian pada tahun itu, di samping diterima ibadah puasanya. Berkata Imam Ja’far Shadiq as kepada wakilnya: “Berikan zakat fitrah ini dari keluarga kami, dan jangan engkau abaikan seorang pun dari mereka, karena jika engkau tinggalkan seorang pun dari mereka, aku khawatir akan datang
Berkata
Imam Shâdiq as: “Termasuk kesempurnaan shalat adalah membayarkan
zakat.” Sebagaimana shalawat kepada Nabi saw termasuk kesempurnaan
shalat. Karena barang siapa berpuasa tidak membayarkan zakat, maka sama
saja ia tidak berpuasa, jika hal itu dilakukan secara sengaja. Dan
tidaklah seorang itu melaksanakan shalat, jika meninggalkan shalawat
kepada nabi saw. Sesungguhnya Allâh Ta’âla memulai shalat sebelum
shalawat. Di dalam ayat yang berbunyi: qad aflaha man tazakkâ wa dzakaras ma rabbihi fa shallâ, yang dimaksud dengan tazakkâ (zakat) adalah zakat fitrah. Sebagaimana yang dapat dipahami dari sebagian penafsiran ayat tersebut.
Al-Fithrah dapat berarti al-khilqah
(naluri). Maka zakat fitrah maknanya zakat badan, karena hal itu
menunda dari kematian; Atau membersihkannya dari kotoran (harta). Juga
berarti ad-dîn (zakat Islam dan agama); Adapun makna lain adalah al-ifthâr, karena diwajibkannya pada hari fitri.
Mari kita perhatikan beberapa ayat dan hadis yang mensejajarkan zakat dengan shalat. Allah Swt berfirman:
الَّذِيْنَ
هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ، وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ
مُعْرِضُوْنَ، وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُوْنَ.
(Yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan
orang-orang yang menunaikan zakat. [QS Al-Mukminun (23):2-4]
وَجَعَلْنَاهُمْ
أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ
الْخَيْرَاتِ وَأَقَامَ الصَلاَةَ وَإِيْتَاءَ الزَّكَاةِ.
Kami
telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. [QS Al-Anbiyâ`(21):73]
رِجَالٌ لاَ تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ.
Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari)
membayarkan zakat. [QS An-Nûr (24):37]
وَجَـعَلَنِيْ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتُ وَأَوْصَانِيْ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا.
Dan
Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan
Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup. [QS Maryam (19):31]
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا.
Dan ia menyuruh ahlinya (umatnya) untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. [QS Maryam (19):55]
عَنْ
أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ: إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى قَرَنَ الزَّكَاةَ بِالصَّلاَةِ، فَقَالَ: أَقِيْمُوْا
الصَّلاَةَ وَآتُوْا الزَّكَاةَ، فَمَنْ أَقَامَ الصَّلاَةَ وَلَمْ يُؤْتِ
الزَّكَاةَ فَكَأَنَّهُ لَمْ يَقُمِ الصَّلاَةَ.
Abu Ja’far as bersabda: “Sesungguhnya
Allâh Tabâraka wa Ta’âla mensejajarkan zakat dengan shalat. Dia
berfirman: ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Barang siapa
mendirikan shalat dan tidak menunaikan zakat, maka seakan-akan ia tidak
mendirikan shalat.’”
فَعَنِ اْلبَاقِرِ وَالصَّادِقِ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ قَالاَ: فَرَضَ اللهُ الزَّكَاةَ مَعَ الصَّلاَةِ.
Imam Al-Bâqir dan Ash-Shâdiq as bersabda: “Allâh mefardhukan zakat berbarengan dengan shalat.”
Kewajiban Zakat Fitrah
Zakat fitrah diwajibkan bagi yang telah memenuhi syarat berikut ini:
1. Baligh (usia dewasa)
2. Berakal nalar (sehat)
3. Merdeka (bukan budak)
4. Berkecukupan (bukan fakir)
Zakat fitrah tidak diwajibkan bagi yang tidak memenuhi syarat di bawah ini:
1. Anak kecil (belum baligh)
2. Orang gila (sakit ingatan)
3. Hamba sahaya
4. Fakir (tidak berkecukupan)
Syarat-syarat
tersebut dapat diwujudkan ketika memasuki malam Idul Fitri, atau
sebelumnya walaupun sebentar. Artinya, jika seseorang pada saat sebelum
matahari terbenam (azan maghrib syar’i) telah mencapai usia baligh,
berakal nalar, merdeka dan berkecukupan, maka wajib mengeluarkan zakat
fitrah. Dan jika perubahan tersebut terjadi setelah azan maghrib syar’i
(terbenam matahari), maka tidak wajib menunaikan zakat fitrah. Memang,
dimustahabkan (disunahkan) mengeluarkan zakat fitrah apabila perubahan
tersebut terjadi sebelum zawal (azan zuhur) di hari Idul Fitri.
Wajib
bagi seseorang yang telah terpenuhi syarat-syarat ter-sebut di atas
mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya dan orang-orang yang berada di
bawah tanggungannya, baik ia seorang Muslim, kafir, anak kecil dan
dewasa. Bahkan anak yang baru dilahirkan pada saat sebelum matahari
terbenam (azan maghrib secara syar’i) di akhir bulan Ramadhân atau
menjelang masuk satu Syawal. Meskipun tamu yang datang sebelum menjelang
azan maghrib syar’i pada malam Idul Fitri hingga azan maghrib syar’i,
wajib bagi tuan rumah mengeluarkan (tambahan) zakat fitrah.
Jenis Zakat Fitrah
Jenis
ukuran zakat fitrah adalah setiap makanan pokok yang makruf dan umum
bagi suatu masyarakat daerahnya, seperti beras untuk masyarakat
Indonesia; gandum dan beras untuk masya-rakat Iran dan Irak, misalnya.
Meskipun menurut fatwa yang lebih kuat dibolehkan mengeluarkan zakat
fitrah berupa salah satu jenis yang empat: gandum, terigu, kurma atau
kismis.
Sedangkan kadar mengeluarkan zakat fitrah untuk setiap jiwa adalah sekitar 3 (tiga) kilogram.
Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Mengeluarkan
zakat fitrah dilakukan mulai saat masuk azan maghrib syar’i malam Idul
Fitri hingga menjelang azan zuhur pada satu Syawal. Afdhalnya
mengakhirkan hingga esok siangnya. Jika hendak melaksanakan shalat id,
hendaknya membayarkannya sebelum melaksanakan shalat id.
Apabila
waktu membayarkan zakat telah berlalu, sementara ia menyia-nyiakan
membayarkannya kepada yang berhak, dan meskipun tidak menyia-nyiakannya,
maka ahwath (wajib) hukum membayarkannya tidak gugur.
Tetapi, ketika membayarkannya tidak diniatkan menunaikan dalam waktunya
(adâ`an) atau meng-qadha`nya, melainkan diniatkan mendekatkan diri
kepada Allâh Ta’âla.
Tidak
boleh mendahulukan membayarkan zakat fitrah sebe-lum masuk waktunya.
Tidak mengapa, seseorang yang memberikan sesuatu (yang telah memenuhi
syarat) kepada si fakir seba-gai pinjaman (hutang), kemudian
menghitungnya sebagai mem-bayar zakat fitrah untuk si fakir ketika
datang waktu kewajibannya.
Ahwath (wajib) tidak boleh memindahkan zakat fitrah ke wilayah lain selagi di wilayahnya sendiri masih ada yang berhak menerimanya.
Orang yang berhak menerima zakat fitrah
Zakat fitrah diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur`ân Al-Karîm:
إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَآءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعامِلِيْنَ عَلَيْهَا
وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغارِمِيْنَ وَفِيْ
سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ، وَاللهُ
عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ.
0 komentar:
Posting Komentar